Home Pemerintah Kotawaringin Timur Tingkat Pengangguran di Kotim Diklaim Turun

Tingkat Pengangguran di Kotim Diklaim Turun

  Sugianto   | Rabu , 10 Juli 2024
9d757618ce396a55945839bc9173ee28.jpg
Bupati Kotim Halikinnor saat menyampaikan bahwa angka pengangguran terbuka di Kotim mengalami penurunan.

KLIK.SAMPIT- Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur mengklaim bahwa angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dalam tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

"Alhamdulillah berdasarkan data, angka tingkat pengangguran di daerah kita ada mengalami penurunan," ucap Bupati Kotim Halikinnor, belum lama ini.

Halikin menuturkan, untuk Kotim, TPT tahun 2023 ada sebesar 4,77 persen atau 10.124 jiwa dari jumlah penduduk sekitar 500 ribu jiwa. Jika mengacu pada data tahun sebelumnya, TPT Kotim tahun 2023 sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022 lalu.

"Walaupun angka pengangguran terbuka di daerah kita mengalami penurunan, kondisi ini tetap harus tapi menjadi perhatian semua pihak," ujarnya.

Halikin mengatakan, dengan kondisi ini di Kotim masih lebih tinggi dari TPT Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) yang berada di angka 4,10 persen. Menurutnya, Tingginya pengangguran didaerah ini didominasi dikalangan lulusan SMK/SMA sederajat.

"Hal tersebut menunjukkan pentingnya penyesuaian antara pendidikan dan kebutuhan pasar kerja," ungkapnya.

Selain itu, menurut orang nomor satu di Pemkab Kotim ini struktur angkatan kerja di Kotim juga mengharuskan pemerintah untuk mampu mengurai permasalahan dan isu-isu serta upaya antisipatif terhadap implikasi konvergensi teknologi, melalui re-desain kebijakan dan strategi ketenagakerjaan yang adaptif, resiliensi dan inklusif.

"Kebijakan tersebut meliputi transformasi pendidikan dan pelatihan vokasi, optimalisasi sistem informasi dan layanan pasar kerja, perluasan kesempatan kerja, jaminan sosial dan perlindungan tenaga kerja yang adaptif serta hubungan industrial yang harmonis. Dengan kebijakan tersebut diharapkan mampu mengurangi angka TPT ke depannya," harapnya.

Halikin menilai, ada beberapa tantangan dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 diantaranya adalah bonus demografi diera industri 4.0 dan distrupsi terhadap hubungan kerja dan pasar kerja.

Hal ini membutuhkan tenaga kerja yang cakap secara teori dan praktikal, dengan keahlian sosial, kreatif, kemampuan memecahkan masalah kompleks, dan kalibrasi dengan digitalisasi serta analisis big data.

"Ketidaksiapan terhadap fenomena konvergensi teknologi informasi inilah yang menimbulkan efek negatif terhadap tingginya angka TPT di Kotim," tandas Halikin (KLIK-RED)

Baca Juga

Ikuti Kami