KLIK.SAMPIT - Pentol merupakan salah satu makan favorit masyarakat Kotawaringin Timur. Sedangkan porang merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang mengandung air yang tinggi dan dan rendah kalori.
Perpaduan keduanya dalam bentuk pentol porang diyakini dapat menjadi alternatif menu diet enak bahagia dan menyenangkan atau terkenal dengan sebutan DEBM.
Di sisi lain, saat ini harga tidak stabil. Sedangkan bahan bakunya dapat ditemukan dengan mudah.
"Sekarang banyak petani porang, jadi sekarang tanaman yang dulu dicari kini berlimpah. Ini membuat harga umbi porang tidak stabil," kata Wakil Bupati Kotim Irawati.
Ini ia ungkapkan saat membuka rest area penggilingan pentol porang yang ada di Desa Jemaras, Kecamatan Cempaga, Sabtu (10/9).
Lanjutnya, agar hasil tani dapat diserap dengan baik, umbi porang itu diolah menjadi bahan pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga dapat mendukung ketahanan pangan salah satunya mengolah porang menjadi pentol.
"Semoga pentol porang ini diminati warga. Sehingga bisa membantu petani porang kita," imbuhnya.
Selain itu, dengan rest area di Desa Jemaras ini bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Pasalnya, dengan adanya rest area ini otomatis ada perputaran ekonomi di desa.
"Saya juga berharap kepada pemilik rest area ini apabila ingin mencari tenaga kerja utamakan dulu para pemuda maupun masyarakat yang ada di desa ini," harap Irawati.
Sementara petani sekaligus penggagas porang Sumadi mengungkapkan harga porang per kilogram dari Rp10-14 ribu, sekarang hanya Rp 2.500. Penurunan harga secara drastis ini membuat pihaknya prihatin.
Oleh sebab itu, pihaknya sebagai petani mencari ide bagaimana bisa keluar dari krisis ini. Pihaknya pun berinisiatif dari umbi kemudian diolah tepung baru menjadi bahan campuran adonan pentol.
"Pentol sampai sekarang masih menjadi salah satu favorit makanan cemilan masyarakat kita. Sehingga dengan diolah menjadi pentol porang bisa membantu petani dalam menyerap produksinya," ungkapnya.(KLIK-RED)