KLIK.SAMPIT - Lomba tari dan kreasi babukung atau topeng budaya yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur menjadi wadah bagi para pecinta kearifan lokal dna budaya di faerah itu. 

Andiri Dwi Irawati,  salah seorang penari mengaku, senang dengan adanya lomba tersebut. Para oenari,  khususnya oenari tradisional menjadi mempunyai wadah untuk menunjukkan kemampauannya. 

"Sebagai peserta kami senang sekali. Tentunya antusias karena semenjak pandemi kami jarang mengikuti kompetisi maupun mengisi acara seremonial," kata Andiri, Rabu (23/8).

Sementara itu, dalam sambutannya Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotim, Ellena Rosie berharap, lomba serupa biaa dilaksanakan dan lebih semarak lagi. 

"Ke depan gaung dari event budaya ini harus lebih besar. Sehingga misi kita menjadikan kearifan lokal sebagai salah satu daya tarik wisata terwujud," ungkapnya. 

Adapun lomba tersebut diikuti sebanyak 13 kelompok tari atau sanggar. Hanya saja hingga samoai hari H ada satu grup yang tidak tampil. 

Selain penampilan dari penari-penari tradisional, puncak lomba tersebut juga diselingi kreasi babukung atau topen kearifan lokal.  Topeng ini nantinya akan dipilih dan  dijadikan sebagai aset Musrum Katu Sampit. 

"Momentum ini juga sebagai wujud apresiasi kami kepada pemuda yang cinta budaya di Kotim," kata Ketua Panitia Public Culture Kotim 2022, Muhammad Yusdiannur. 

Ia juga berharap kegiatan ini bisa dilaksanakan tahun depan sehingga menambah khazanah kearifan lokal dan pemuda dapat mencintai budayanya.

Public Culture 2022 merupakan rangkaian dari kegiatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotim dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Indonesia dan Hari Ulang ke-18 Museum Kayu Sampit. (KLIK-RED)