Home News Metropolis Festival Bubur Asyura di Baaamang Mampu Memikat Hati Masyarakat

Festival Bubur Asyura di Baaamang Mampu Memikat Hati Masyarakat

  Redaksi   | Selasa , 09 Agustus 2022
bb0c30ddaf93fa8156f24340bbf853de.jpg
Para ibu-ibu bergotong royong memasak bubur asyura di dapur umum di Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang, Selasa (9/8).

KLIK. SAMPIT - Festival Bubur Asyura di Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, mampu memikat hati masyarakat. 

Tradisi memasak, menyajikan, dan makan bersama bubur dengan banyak bahan ini diharapkan menjadi agenda wisata budaya yang bisa digelar setiap tahunnya. 

Festival yang digelar Selasa (9/8) dihadiri Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor, Wakil Bupati Kotim Irawati, Ketua DPRD Kotim Rinie Anderson, Camat Baamang, lurah, dan sejumlah pejabat penting lainnya. 

Dalam sambutanya, Halikinnor mengaku bangga dan mengapresiasi festival yang digelar dalam rangka peringatan 10 Muharram tersebut. 

"Saya berterimakasih dan menghargai event pembuatan bubur asyura ini. Ini selaras dengan motto Kotim yakni bergotong royong," ucap Halikinnor. 

Dia meminta kepada dinas kebudayaan dan pariwisata agar mengagendakan kegiatan ini sebagai event budaya. 

Dia juga meminta tahun selanjutnya akan dilaksanakan kembali. Bila perlu lebih besar skalanya. Tak hanya mencakup Kecamatan Baamang, namun juga kecamatan lain di dalam kota, yakni Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan Baamang. 

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Bubur Asyura Baamang, Dadang  H Syamsu berterimakasih kepada warga yang telah sukarela, bahu-membahu dalam menyukseskan kegiatan tersebut. 

Meski dilaksanakan secara swadaya namun kegiatan itu mampu memikat hati masyarakat. Baik yang terlibat memasak maupun sebagai penikmat dari bubur tersebut. 

Memasak, menyajikan dan makan bersama bubur asyura merupakan tradisi turun-temurun yang konsisten dilaksanakan masyarakat Kota Sampit. Khususnya yang beragama Islam. 

Setiap 10 Muharram masyarakat memasak beras dan bahan lainnya dalam jumlah besar untuk dijadikan bubur dan dikonsumsi bersama-sama. Lalu biasanya ditutup dengan makan bersama. 

Esensi dari momentum ini adalah kebersamaan, gotong royong dan silaturahmi dibalut dengan nilai budaya sebagai khazanah kearifan lokal. (KLIK-RED)

Baca Juga

Ikuti Kami